Minggu, 08 Desember 2013

Memilih Banyak Makan, Istirahat, atau Bersosialisasi? Perilaku Harian Lutung Kelabu di Hutan Lindung Petung Kriyono




Lutung Kelabu merupakan salah satu primata endemik Jawa yang persebarannya hanya terbatas pada hutan-hutan di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Primata yang saat ini berstatus sebagai Endangered Species berdasarkan IUCN 2012 ini, memiliki ciri khas berupa rambut hitam dari kepala hingga ekor dan rambut berwarna putih di bagian depan tubuhnya. Di sekitar daerah Jawa Barat satwa ini dikenal dengan nama Surili, sedangkan di Jawa Tengah orang menyebutnya sebagai rekrekan.Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ruhiyat. Y pada tahun 1983, lutung kelabu yang pada saat itu masih menyandang nama latin Presbytis aygula,banyak menggunakan waktu untuk istirahat daripada makan. Hutan Petungkriyono, merupakan salah satu habitat lutung kelabu yang tersisa di Jawa Tengah dan populasi yang dapat tertampung pada kawasan ini terbatas. Selain itu beberapa jenis primata menempati kawasan ini, yang menyebabkan potensi kompetisi dengan species lainnya. Apakah dengan adanya keterbatasan habitat dan potensi kompetisi dengan spesies primata lainnya, akan mendorong lutung kelabu lebih banyak menggunakan waktu untuk makan,istirahat atau bersosialisasi?

Penelitian yang telah dilaksanakan pada tahun 2012 ini, bertujuan untuk mengetahui perilaku harian lutung kelabu (Presbytis fredericae) di Hutan Lindung Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Satwa yang hobi makan dedaunan muda ini menghabiskan waktu untuk melakukan aktifitas “istirahat” mencapai 52% hingga 63% waktu aktifnya (rata – rata 12 jam sehari). Perilaku istirahat ini mendominasi perilaku yang diamati lainnya, yaitu Makan (9 – 26 %), Bergerak (10 – 18 %) dan perilaku sosial (menelisik/grooming, agonistik, dan bermain) yang prosentasenya hanya  0 – 1 % .Penelitian ini dilakukan mulai dari pukul 6 pagi saat lutung kelabu mulai beraktifitas hingga pukul 6 petang ketika lutung sudah menemukan pohon tidurnya. Pengamatan perilaku dilakukan dengan menggunakan metode focal animal sampling, pada lutung kelabu jantan dewasa, betina dewasa dan remaja. Dari ketiga individu tersebut hanya terdapat sedikit perbedaan perilaku berdasarkan uji similaritas Bray- Curtis yang telah dilakukan, dimana prosentase similaritasnya mencapai 83% - 87%.


Tingginya prosentase perilaku istirahat yang dilakukan lutung kelabu ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain ketersediaan pakan yang berlimpah di habitat tersebut sehingga lutung kelabu tidak perlu melakukan pergerakan yang meluas. Disamping itu, kemungkinan yang lain adalah lebih tingginya jumlah populasi satwa kompetitor pakan dan ruang di habitat yang sama dengan lutung kelabu, yaitu lutung jawa dan monyet ekor panjang. Untuk memperjelas fenomena-fenomena yang menarik tersebut perlu kajian yang lebih dalam  mengenai hubungan antar spesies maupun perilaku ekologis lutung kelabu (terutama perilaku makan dan pergerakannya) sebagai sebuah penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan peneliti sendiri ataupun yang lain.

Judul Skripsi: Perilaku Harian Lutung Kelabu (Presbytis fredericae, Sody 1930) di Hutan Lindung Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Peneliti: Agnes H. Budisaputri
CP: agneshbs@ymail.com

Kamis, 12 September 2013

Melirik Populasi Katak Kongkang Jeram (Huia masonii) di Kali Kuning



Hal pertama yang mungkin ada di benak kawan-kawan tentunya adalah siapa dan seperti apakah katak kongkang jeram tersebut? Katak kongkang jeram (Huia masonii) merupakan salah satu amfibi endemik Jawa yang memiliki habitat di sungai-sungai berarus deras dan berair jernih. IUCN memasukkan Huia masonii ke dalam status rentan atau vulnerable (VU). Salah satu persebarannya berada di Kali Kuning yang berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Merapi. Sungai ini memiliki ancaman perubahan kondisi lahan akibat adanya siklus letusan Gunung Merapi. Untuk mengetahui seberapa besar jumlah populasinya di Kali Kuning, maka pada bulan Oktober-November 2013 dilakukan penelitian untuk mengestimasi populasi dan mengetahui karakteristik habitat dari Huia Masonii di Kali Kuning.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa estimasi populasi Huia masonii di Kali Kuning sebanyak 82 individu atau dengan kepadatan 12 individu/hektar yang berada pada rentang 60 sampai 120 individu atau dengan rentang kepadatan 9 sampai 17 individu/hektar. Huia masonii di Kali Kuning memiliki habitat berupa sungai berjeram yang mengalir sepanjang tahun dengan rerata kecepatan arus sungai sebesar  0,62 m/s dan rerata debit air sebesar 0,43 m3/s. Penutupan badan sungai didominasi oleh batuan dengan substrat dasar sungai berupa pasir dan batuan. Kali Kuning berada pada ketinggian 797 -  907 mdpl.  Kali Kuning memiliki perairan yang jernih dengan tingkat keasaman yang netral. Kali Kuning memiliki rerata suhu air  21,6 á´¼C dan rerata suhu udara  21,3 á´¼C dengan rerata  kelembaban udara 78 %. Rerata penutupan tumbuhan bawah di badan sungai sebesar 31,67%, yang didominasi oleh jenis Sintrong (Crassocephalum crepidioides), Kolonjono (Pennisetum purpureum), Wedusan (Ageratum conyzoides), dan Irengan (Conyza maxima). Penutupan tumbuhan bawah berdampak positif terhadap Huia masonii di Kali Kuning.

 
Gambar 2 Huia masonii yang telah di beri tanda Penandaan pada katak menggunakan benang sepatu yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menyerupai sabuk atau ikat pinggang. Tanda ini dipasangkan di pinggul katak dengan di beri nomor.



Dalam pengambilan data juga dijumpai beberapa hal yang mungkin dapat mengancam Huia masonii baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya pengambilan air sumber menggunakan paralon, pengambilan pasir, pembangunan dam, serta beberapa warga lokal yang melakukan aktivitas ngarit. Perlu adanya pengaturan dalam hal pengambilan sumberdaya alam khususnya air di Kali Kuning sehingga tidak mengganggu aspek-aspek kelestarian di kawasan tersebut. 

Judul Skripsi      : Populasi dan Karakteristik Habitat Katak Kongkang Jeram (Huia masonii) di Kali Kuning Taman Nasional Gunung Merapi
Peneliti            : Cahyandra Tresno A
Contak             : cta_asik@yahoo.co.id

Rabu, 03 April 2013

Menilik Herpetofauna Danau Buyan-Tamblingan Bali






Bali dikenal sebagai pulau dengan keindahan alamnya, namun kondisi satwa-satwa yang tidak memiliki daya tarik kurang mendapat perhatian. Salah satunya Herpetofauna, satwa yang terdiri dari kelas amfibi dan reptil ini kurang begitu diminati para peneliti bali maupun manca Negara. Keberadaan amfibi dan reptil merupakan salah satu indikator kesehatan lingkungan. Oleh karena itu munculah ide untuk meneliti keberadaan herpetofauna di salah satu obyek wisata alam yaitu Taman Wisata Danau Buyan-Tamblingan. 
 
Tempat ini sangat indah dengan pemandangan danau kembar yang kondisi danaunya lebih bersih dibanding danau lain yang ada di bali. Kegiatan wisata di tempat ini juga tak se-ekstrem di tempat-tempat wisata lainnya. Pengamatan dilakukan dengan mengelilingi kedua danau tersebut. Jumlah jenis herpetofauna yang diperoleh memang tidak sebanyak jumlah jenis herpetofauna yang ditemukan di Jawa, indeks keanekaragaman herpetofauna menurut indeks Shannon-wiener termasuk kategori sedang (ID=1,43). Jenis umum yang paling mudah ditemui adalah Rana chalconota dan Rana nicobariensis, jenis ini begitu mendominasi daerah perairan. Penyebaran Herpetofauna pada kawasan ini termasuk mengelompok dengan nilai Indeks dispersi (Id=3,25). 


Keberadaan herpetofauna terpusat pada kawasan perairan sedangkan pada kawasan hutan dimana terdapat jalur tracking wisatawan ditemukan sedikit herpetofauna, itupun hanya dari kelas reptil seperti kadal dan ular. Karakter habitat herpetofauna di tipe-tipe ekosistem yang ada berbeda-beda.  


Judul Asli Skripsi: Keanekaragamana dan Distribusi Herpetofauna di taman Wisata Alam Danau Buyan Tamblingan- Bali 
Peneliti : Ida Ayu Ari Janiawati
email: yuriechoo@yahoo.com